Jumat, 29 Agustus 2008

Jeff Ament, the soulfull bassist


Along with guitarist Stone Gossard, bassist Jeff Ament was a member of three of Seattle's most celebrated and admired bands of recent times -- Green River, Mother Love Bone, and Pearl Jam. Born on March 10, 1963, in Big Sandy, MT, Ament took up bass as a teenager, playing along to Clash and Police records, as well as learning a thing or two from classic rockers (Rush, Aerosmith, etc.). After relocating to Seattle hoping to fulfill his dreams of rock stardom, Ament hooked up with influential garage rockers Green River (which included singer Mark Arm, guitarist Steve Turner, drummer Alex Vincent, and Gossard). Three EPs followed -- 1985's Come on Down, 1986's Dry as a Bone, and 1988's Rehab Doll, which saw the quintet provide the blueprint for other subsequent Seattle bands that would follow in their wake -- garage rock à la the Stooges clashing with Sabbath riff rock. Even with greater success on the horizon, Green River called it a day the same year as their final release -- Arm and Turner would form Mudhoney, while Ament and Gossard began jamming with local flamboyant glam rocker Andrew Wood.

The resulting band, Mother Love Bone (which also included drummer Greg Gilmore and second guitarist Bruce Fairweather), combined Green River's raw punk with Wood's bombastic arena rock, resulting in a can't-miss combo that seemed destined for the top of the charts. Shortly after the quintet signed on with Polygram in 1989, MLB issued their first recording, the six-track EP Shine, with a full-length debut written and recorded by the time the holiday season rolled around, titled Apple. But tragedy struck a cruel blow to the band, when Wood died from a heroin overdose in March of 1990. Apple would eventually be issued later in the year, but the band couldn't continue without their charismatic singer, and Mother Love Bone folded. Yet again, it was back to the drawing board for Ament and Gossard, who decided to put together a new band almost immediately afterward.

Recruiting San Diego native Eddie Vedder on vocals and lead guitarist Mike McCready (several different drummers would man the kit), Ament and Gossard's latest creation was more musically and visually straight-ahead than their previous band, and was dubbed Pearl Jam. But before Pearl Jam entered the studio, Ament, Gossard, and McCready recorded a tribute album for Wood with Soundgarden singer Chris Cornell and drummer Matt Cameron, entitled Temple of the Dog. The side project's self-titled debut was issued in 1991, just a short while before Pearl Jam's debut record was issued. By the summer of 1992, Pearl Jam had achieved enormous commercial success, eventually becoming one of the biggest rock bands of the '90s on the strength of such releases as 1993's Vs., 1994's Vitalogy, 1996's No Code, and 1998's Yield, plus their first release of the new millennium, 2000's Binaural. In addition to Pearl Jam, Ament found time for the side project Three Fish, issuing 1996's self-titled debut and 1999's The Quiet Table, as well as creating a graphic design company with his brother. ~ Greg Prato, All Music Guide
http://www.answers.com/topic/jeff-ament

Senin, 18 Februari 2008

Perlukah Belajar Teori Musik?

Memperdebatkan antara perlunya belajar teori musik dan tidak sama saja dengan mempermasalahkan duluan mana antara telur dan ayam. Karena banyak contoh dalam kenyataan bahwa banyak pemusik otodidak yang sukses berat dengan tanpa mengenal teori musik sedikitpun, dan di lain pihak banyak juga pemusik yang sukses karena berbekal pengetahuan akan teori musik yang mumpuni. Anda ingin berada di pihak yang mana? Terserah pilihan anda, itu hidup anda sendiri.
Saya ingin mengingatkan sekaligus juga menekankan bahwa pilihan pertama yaitu menjadi sukses tanpa perlu belajar teori musik sangat dipengaruhi oleh faktor keberuntungan. Seberapa keraspun anda berusaha jika faktor “Luck” tidak menyertai anda, mustahil anda bisa sukses. Boleh dibilang untuk menjadi sukses sebagai pemusik tanpa belajar teori musik 99% adalah faktor “Luck”. Tidak perlu saya sebutkan contoh, cukup anda lihat sendiri pada kenyataannya. Bagaimana dengan pilihan kedua yaitu menjadi pemusik sukses dengan bekal teori musik yang mumpuni? Meski faktor keberuntungan tetap juga diperlukan, namun sangat kecil pengaruhnya terhadap kesuksesan kita nantinya. Kenapa begitu? Karena kerja keras kita dalam mempelajari teori musik pada akhirnya bukanlah pekerjaan sia-sia, suatu saat akan berbuah kesuksesan dalam berbagai bidang musik. Kemampuan kita yang terasah dengan latihan musik akan semakin lengkap jika kita berbekal teori musik juga. Di samping hanya sebagai pemain musik kita juga bisa mengamalkan ilmu musik kita dengan menjadi instruktur musik, komposer atau arranger handal, bahkan bisa menulis tentang teori musik baik di majalah ataupun dalam bentuk buku musik. Bekal teori musik sangat melapangkan kesempatan berkarya kita sebagai pemusik nantinya.
Dalam sebuah wawancara dengan sebuah majalah gitar dunia, Paul Gilbert (gitaris eks Mr Big dan Racer X) mengatakan bahwa bekal teori musik sangat membantu dalam perjalanan karirnya sebagai pemusik. Saat belum mengenal teori musik dia hanya bisa memainkan lick-lick gitar yang itu-itu saja sampai bosan tanpa ada peningkatan skill. Setelah belajar musik baru wawasan musiknya semakin terbuka luas sehingga dia bisa dikenal sebagai salah satu gitaris hebat dunia.
Bagaimana halnya dengan pemain bass? Ya sama saja tentunya. Sebelum menekuni teori musik, saya hanya mengandalkan kuping dan insting saja. Kedua hal itu tentu ada batasnya bukan? Kecuali jika saya mempunyai bakat atau talenta yang sangat luar biasa hebatnya. Pengenalan akan teori musik kemudian sangat membuka pikiran sekaligus hati saya dalam bermain bass. Banyak sekali hal baru yang saya temukan dengan belajar teori musik. Apakah pengetahuan akan teori musik bisa menghambat kreativitas? Pertanyaan bodoh seperti itu seringkali saya temukan dalam perjalanan karir sebagai pemain bass. Banyak pemusik yang terjebak dalam pikiran yang sempit bahwa teori musik akan membatasi hati nurani dalam berkarya. Pemusik seperti itu pada akhirnya akan merasa frustrasi saat kreativitasnya sudah habis. Saya banyak mengalami pencerahan setelah memahami teori musik, justru pengetahuan musik yang benar bisa membantu saya saat kreativitas sudah mentok pada titik jenuh. Tahukah anda bahwa Beethoven mengarang sebagian besar karyanya pada saat telinganya sudah tuli karena sakit? Musik dari dalam hatinya bisa dinikmati orang lain bahkan menjadi mahakarya karena ia menulisnya dalam bentuk notasi balok dengan bekal teori musik yang mumpuni. Coba misalnya jika dia tidak mengenal not balok dan teori musik, apakah dia pada akhirnya bisa dikenal orang sebagai pemusik hebat?
Semua pilihan ada pada anda, ingin menjadi pemusik yang seperti apa. Saya hanya sekedar memberi gambaran berbagai kemungkinan yang bisa terjadi dengan membeberkan beberapa contoh di atas. Tanpa bekal teori musik kita seolah berjalan tanpa peta, hanya meraba-raba jalan mana yang harus kita tempuh. Anda bisa saja mengatakan bahwa John Lennon, Paul McCartney atau Mick Jagger adalah para pemusik hebat tanpa bekal teori musik. Tapi kembali lagi apakah kita bisa seberbakat dan seberuntung itu serta menjadi seterkenal mereka? Kalau faktor “Luck” tidak menyertai kita sampai matipun kita akan frustrasi dan menyesali keteguhan hati kita yang keliru itu (tidak mau mempelajari teori musik). Jangan salah langkah sebelum anda memutuskan untuk terjun secara total di dunia musik.
(Alex Kuple, Bintaro 8 Februari 2008)